Selasa, 19 Juli 2011

Semua Baik (Story Behind The Song)

"Dari semula, t'lah Kau tetapkan..hidupku dalam tanganMu, dalam rencanaMu Tuhan..Rencana indah t'lah Kau siapkan..bagi masa depanku yang penuh harapan...
S'mua baik.....s'mua baik...apa yang t'lah Kau perbuat di dalam hidupku..S'mua baik....sungguh teramat baik..Kau jadikan hidupku berarti.."

Sebagai seorang songwriter lagu Kristiani, saya memberi nilai sangat tinggi untuk lagu ini. Bagi saya pribadi, lagu "Semua Baik" ini levelnya sama dengan lagu "Amazing Grace" (John Newton), "Still" (Reuben Morgan/Hillsong), lagu yang so simple tapi membawa kepada dimensi hubungan yang sangat teramat dekat dengan Tuhan. Bagi saya lagu "Semua Baik" adalah lagu yang tak akan lekang oleh waktu. Dengan kata lain lagu yang tidak mengenal season. Generasi demi generasi akan mengucap syukur kepada Tuhan melalui lagu ini. Sing that God is good all the time. Apakah dalam hidup ini jarum jam sedang berada di angka 12 (di atas), atau sedang berada di angka 6 (di bawah), GOD IS GOOD. Tuhan tidak pernah merancangkan kecelakaan dalam hidup kita.

Kuasa pengucapan syukur melalui lagu ini sangat luar biasa. Adalah mudah mengatakan 'semua baik' saat semua keadaan kita baik, tapi bagaimana saat mengalami yang tidak baik? Pasti tidak mudah mengatakannya. Tapi justru di saat itulah kekuatan yang dari Allah tercurah, memberi kita kemampuan untuk menjalani hidup ini, dan kelak, waktulah yang akan membuktikan bahwa 'benar...benar...Ia merancangkan damai sejahtera atas kita'.

Teman sepelayanan saya mengalaminya. Bermula dari kesuksesan yang luar biasa dalam bisnis fashion retailnya. Toko-toko fashion lain di sekitarnya saat itu sangat iri melihat kesuksesan teman saya, sehingga banyak yang datang ke tokonya, pura-pura menjadi pembeli, hanya untuk melihat 'apa sih rahasianya, kok lebih rame dari yang lain ?'. Tapi kemudian, segala sesuatu tidak berjalan seperti yang direncanakan. Dagangannya mulai seret pembeli, begitu drastis terjadinya, sehingga teman saya ini benar-benar tidak siap menghadapinya. Singkat cerita tokonya pun harus ditutup, dan menyisakan begitu banyak hutang, dan stock yang menumpuk dan tidak tahu harus dijual kemana. Segala upaya dicoba, memberi discount, sale besar-besaran, dan berusaha menjual ke daerah-daerah lain, tapi tetap saja gagal. Dalam kegalauan hati, teman saya mencari Tuhan, tersungkur dalam doa-doanya. Mengapa Tuhan? Mengapa Tuhan? Teman saya bersaksi, tiba-tiba dalam kedukaannya ia digerakkan untuk menyanyikan "s'mua baik, smua baik apa yang t'lah Kau perbuat di dalam hidupku...". Airmata mengalir deras dan ia berserah kepada Tuhan, bahkan mengucap syukur atas segala yang tidak enak yang dialaminya. Tahun demi tahun yang berat berlalu, dan sekarang sebagai sahabatnya saya mau bersaksi kepada teman-teman. Tuhan tidak pernah meninggalkannya, dan Tuhan tidak pernah merancangkan kecelakaan kepadanya. Sekarang teman saya beralih profesi menjadi seorang desainer interior yang lagi sibuk menerima job order. Teman saya ini sampai kewalahan mengerjakan dan menerima berkat dari Tuhan. Semua baik, semua baik.

Siapa di balik penciptaan lagu ini?
Siapa orang yang luar biasa yang menciptakan lagu ini?
Lagu "Semua Baik" diciptakan oleh Budi Haryanto dan Tommy 'One Way' Widodo. Nama yang terakhir mungkin teman-teman familiar yah, karena Tommy adalah personel dari group band Kristen terkenal 'One Way'. Tapi siapakah Budi Haryanto? Budi sudah pulang ke Rumah Bapa, sehingga saya menggalinya dari co-partnernya, Tommy, dan juga dari istri Alm. Budi, yaitu Yani. Tulisan ini tidak menyertakan foto Tommy, karena Tommy lebih menonjolkan sisi Budi dalam penciptaan lagu ini. (Yang penasaran bisa lihat wajah Tommy di album One Way).

Tommy menuturkan : "Kisah dibalik terciptanya lagu ini terjadi sekitar 18 tahun yang lalu. Bermula dari persahabatan saya dan Budi. Waktu itu kita sama-sama belajar musik di gereja dan mulai belajar melayani. Budi adalah anak pertama dari 5 bersaudara dari sebuah keluarga yang sangat sederhana. Hobinya main gitar dan bikin lagu. Dia seorang yang rajin dan setia melayani dimana saja, mulai dari komsel, persekutuan doa, sekolah minggu sampai acara-acara kebaktian, dia selalu pergi melayani ditemani sepedanya.

Suatu hari Budi datang ke rumah membawa bagian chorus (refrain) lagu "Semua Baik" dan minta saya untuk membuat bagian verse (bait) nya. Akhirnya terciptalah lagu "Semua Baik" secara lengkap dalam waktu singkat karena inspirasi dariNya.Singkat cerita saya dan Budi berpisah karena saya harus sekolah ke luar kota.Beberapa waktu kemudian saya mendengar Budi sakit komplikasi dan kemudian meninggal dunia.

Budi meninggalkan istri dan seorang anak yang tuna rungu. Dia tidak meninggalkan warisan apa-apa (kekayaan) buat mereka. Lagu "Semua Baik" direkam untuk yang pertama kali beberapa tahun kemudian, dalam album anak-anak bernama Revi, dan mulai dinyanyikan di banyak gereja.

Sejak kematian Budi, lagu itu mengajar saya untuk selalu melihat kebaikan Tuhan. Budi dengan hidupnya yang sederhana dan penuh pergumulan, bahkan meskipun anaknya tuna rungu, dia bisa berkata lewat lagu ini bahwa semua yang Tuhan perbuat dalam hidupnya sangat baik. Saya berdoa melalui lagu ini kita semua bisa selalu melihat kebaikan Tuhan apapun yang terjadi dalam hidup kita. Amin. (Tommy)

From the deepest heart of Budi's wife :
Saya Yani, istri dari Alm.Budi Haryanto serta ibu dari Michael Ronaldo Setiabudi yang sekarang ini bersekolah di SLB-B Cimahi Bandung.Didalam setiap langkah-langkah hidup kami, Tuhan Yesus selalu hadir memimpin jalan hidup kami ini. Dengan kasih-Nya Tuhan membimbing kami dalam kebenaran untuk masuk dalam rencana serta kehendak Tuhan, kami mrnyadari betapa kebaikan Tuhan Yesus itu tidak bisa dikatakan juga dihitung karena terlalu banyaknya tapi bisa dirasakan. Segala yang Tuhan sudah buat adalah baik adanya, karena itu kami bersyukur atas karya Tuhan Yesus yang membuat segala sesuatunya indah pada waktunya, serta baik adanya. Segala yang kami alami Tuhan Yesus itu sangat-sangat baik untuk menjadikan kami semakin dekat dengan Bapa.Saya dan anak saya mengucapkan syukur, berterima kasih buat segala kebaikan serta pemeliharaan Tuhan Yesus atas hidup kami hingga saat ini. Waktu ini juga kami berterima kasih buat teman-teman yang sudah menolong baik dalam doa maupun sekolah anak kami, juga tak lupa kepada papi Daniel Alexander, Tommy Widodo yang sangat baik bagi kami sertaKel. Bp. Adi Mulyanto dimana sekarang ini kami tinggal bersama-sama.Tuhan Yesus memberkati. (Yani)


Menurut Yani, Budi pulang ke rumah Bapa tanggal 12 April 2000, karena penyakit jantung. Sebelumnya, pada saat penyakit Budi semakin parah, Budi dan Yani harus berpisah karena keadaan. Budi menjalani terapi di Temanggung, dan Yani bekerja di Solo untuk membiayai keluarganya. Dua minggu sebelum meninggal, dalam pertemuan terakhir mereka, Budi yang sudah sangat kurus, hanya kulit yang membalut tulang, berpesan kepada Yani untuk tetap melayani Tuhan dengan setia. Satu kalimat Budi yang sangat diingat dan dipegang Yani adalah "kalaupun saya dipanggil Tuhan, Tuhan akan pelihara hidup kamu dan Michael".Michael masih berumur 4 tahun ketika papanya dipanggil Tuhan, dan 6 tahun kemudian, di tahun 2006, lagu "Semua Baik" sangat booming, dan memberkati banyak umat Tuhan dari berbagai denominasi. Yani juga merasakan berkat secara finansial dalam bentuk royalti, karena lagu ini banyak sekali direkam dalam berbagai album rohani.

Seperti kata Tommy, Budi pergi tidak meninggalkan warisan kekayaan. Tapi masih ada satu warisan, yaitu sebuah lagu yang kelak menjadi berkat tidak hanya bagi Yani & Michael, tapi bagi banyak orang percaya, bahkan orang-orang yang tidak pernah dilihat oleh Budi.

Seperti apa yang Budi janjikan pada Yani pada saat-saat terakhirnya, Tuhan menggenapi, bahwa Ia memelihara hidup Yani dan Michael. Sampai saat ini Yani tetap percaya bahwa Tuhan itu baik, tetap mengatakan semua baik di dalam Tuhan, dan semua indah pada waktuNya.

Budi tidak sempat mendengarkan lagu ini direkam saat ia masih ada di muka bumi ini, tapi lagu ini bergerak cepat melangkah memberkati umat Tuhan, bahkan lebih dari yang Budi perkirakan. Lagu ini tidak hanya dapat dinyanyikan dalam bahasa Indonesia, juga telah ditranslate ke bahasa Jepang, dan Inggris.

Zenbu ii
Hajime kara mou keshiteitawatashi no inochi kami no tenohiraniutsukushii keikakuwatashi no mirai hontou akarui

reff :zenbu iizenbu iinandemo sarareru yoinochi no nakazenbu iitotemo iiinochi ni imi ga aru yo


All Is Good
You have planned all thingsfrom the beginningfor all you'have prepared for memy life is in your hands oh Lord
i trust that your plansare purposed for my goodfor all future full of hopeand for abundant life

reff :all is good, all is goodeverything that you have donein my lifeall is good,truly goodi have meaning in my lifebecause of You..

Kisah dibalik lagu ini sangat menyentuh hati saya, ketika Ev.Julita Manik menyaksikan kisah ini di Atrium 21 Cinere. Pujian ini sangat memberkati saya pribadi..
http://julitamanik.blogspot.com/2008/08/semua-baikstory-behind-song.html

Senin, 03 Januari 2011

Tujuh Prinsip Multiplikasi (Menyambut Tahun 2011 Sebagai Tahun Multiplikasi dan Promosi)

1. Lebih banyak menabur
II Korintus 9 : 6
" Camkanlah ini : Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan  menuai  banyak juga".

2. Memberi dengan kerelaan dan sukacita
II Korintus 9 : 2
"Aku talah tahu kerelaan hatimu tentang mana aku megahkan kamu kepada orang-orang Makedonia. Kataku : "Akhaya sudah siap sedia sejak tahun yang lampau." Dan kegiatanmu telah menjadi perangsang bagi banyak orang."

3. Mematikan dirinya sendiri untuk melayani.
Yohanes 12 : 24
"Aku berkata keppadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh kedalam tanah dan mati, maka ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."

4. Bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan.
Efesus 4 : 11-16
11.Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, 12. untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, 13. sampai kita telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, 14. sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran,oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, 15. tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh didalam segala hal kearah Dia, Kristus yang adalah kepala. 16. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh - yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai degan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota - menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

5. Berbuah
Matius 3 : 8 = Buah pertobatan
" Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."
Galatia 5 : 22 - 23 = Buah Roh
" 22.Tetapi buah Roh ialah : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23. kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."
Buah pelayanan = Jiwa-jiwa.

6. Pelipatgandaan talenta
Matius 25 : 14 - 29
Tentang seorang tuan yang mempercayakan talenta untuk dikembangkan hamba-hambanya.

7. Memiliki visi
Filipi 3 : 10 - 16
"...tetapi ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang telah terjadi dibelakangku dan mengarahkan diri kepadaapa yang dihadapanku, 14. dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."

Mari teman-teman kita lihat ke depan, tahun 2011 akan menjadi tahun multiplikasi dan tahun promosi bagi kita. bukan dengan kuat dan gagah kita tetapi karena Allah yang menolong kita.
Halelluya..

Selasa, 19 Oktober 2010

Susi Pudjiastuti, Kisah Sukses Yang Menginspirasi

Keputusannya keluar dari sekolah ketika masih berusia 17 tahun sangat disesalkan dua orang tuanya. Namun, berkat keuletan dan kerja kerasnya, kini Susi Pudjiastuti memiliki 50 pesawat dan pabrik pengolahan ikan yang berkualitas untuk melayani kebutuhan ekspor.

Angin laut bertiup kencang saat pesawat Cessna yang membawa koran ini mendekati Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Setelah berputar sekali di atas perairan biru, pesawat berkapasitas 10 penumpang itu lantas menukik, kemudian mendarat di bibir pantai yang indah.
Konstruksi landasan yang biasa dipakai take-off dan landing itu terbuat dari campuran pasir-batu yang dipadatkan. ’’Ini bandara private (milik pribadi). Panjangnya satu kilometer,’’ ujar wanita paro baya itu.
Namanya Susi Pudjiastuti, presiden direktur PT ASI Pudjiastuti yang bergerak di bidang perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation yang merupakan operator penerbangan Susi Air. Rambutnya ikal kemerahan, suaranya serak-serak, namun pembawaannya supel.
Bukan hanya bahasa Inggris fasih yang keluar dari mulutnya saat berbincang dengan para pilotnya yang bule. Susi juga menggunakan bahasa Sunda dan sesekali bahasa Jawa kepada pembantu-pembantunya.
’’Saya suka belajar bahasa apa aja. Yang penting bisa buat marah dan memerintah. Sebab, dengan itu, saya bisa bekerja,’’ ujarnya lantas tertawa.
Kini wanita kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 tersebut memiliki 50 unit pesawat berbagai jenis. Di antaranya, Grand Caravan 208B, Piaggio Avanti II, Pilatus Porter, dan Diamond DA 42. Kebanyakan pesawat itu dioperasikan di luar Jawa seperti Papua dan Kalimantan.
’’Ada yang disewa. Namun, ada yang dioperasikan sendiri oleh Susi Air. Biasanya dipakai di daerah-daerah perbatasan oleh pemda atau swasta,’’ jelas wanita yang betis kanannya ditato gambar burung phoenix dengan ekor menjuntai itu.
    
Susi tak mematok harga sewa pesawat secara khusus. Sebab, hal itu bergantung pelayanan yang diminta pihak penyewa. Biaya sewanya pun bermacam-macam, tapi rata-rata USD400–USD500 per jam.
’’Kadang ada yang mau USD600–USD700 per jam. Perusahaan minyak mau bayar USD1.000 karena beda-beda level servis yang dituntut. Untuk keperluan terbang, semua peranti disediakan Susi Air. Pesawat, pilot, maupun bahan bakar. Jadi, itu harga nett mereka tinggal bayar,’’ tegasnya.
    
Bakat bisnis Susi terlihat sejak masih belia. Pendirian dan kemauannya yang keras tergambar jelas saat usia Susi menginjak 17 tahun. Dia memutuskan keluar dari sekolah ketika kelas II SMA. Tak mau hidup dengan cara nebeng orang tua, dia mencoba hidup mandiri. Tapi, kenyataan memang tak semudah yang dibayangkan.
’’Cuma bawa ijazah SMP, kalau ngelamar kerja jadi apa saya. Saya nggak mau yang biasa-biasa saja,’’ ujarnya. Kerja keras pun dilakoni saat itu. Mulai berjualan baju, bedcover, hingga hasil-hasil bumi seperti cengkih. Setiap hari, Susi harus berkeliling Kota Pangandaran menggunakan sepeda motor untuk memasarkan barang dagangannya. Hingga, dia menyadari bahwa potensi Pangandaran adalah di bidang perikanan. ’’Mulailah saya pengen jualan ikan karena setiap hari lihat ratusan nelayan,’’ tuturnya.
    
Pada 1983, berbekal Rp750 ribu hasil menjual perhiasan berupa gelang, kalung, serta cincin miliknya, Susi mengikuti jejak banyak wanita Pangandaran yang bekerja sebagai bakul ikan. Tiap pagi pada jam-jam tertentu, dia nimbrung bareng yang lain berkerumun di TPI (tempat pelelangan ikan). ’’Pada hari pertama, saya hanya dapat 1 kilogram ikan, dibeli sebuah resto kecil kenalan saya,’’ ungkapnya.
Tak cukup hanya di Pangandaran, Susi mulai berpikir meluaskan pasarnya hingga ke kota-kota besar seperti Jakarta. Dari sekadar menyewa, dia pun lantas membeli truk dengan sistem pendingin es batu dan membawa ikan-ikan segarnya ke Jakarta. ’’Tiap hari, pukul tiga sore, saya berangkat dari Pangandaran. Sampai di Jakarta tengah malam, lalu balik lagi ke Pangandaran,’’ ucapnya mengenang pekerjaan rutinnya yang berat pada masa lalu.
    
Meski sukses dalam bisnis, Susi mengaku gagal dalam hal asmara. Wanita pengagum tokoh Semar dalam dunia pewayangan itu menyatakan sudah tiga kali menikah. Tapi, biduk yang dia arungi bersama tiga suaminya tak sebiru dan seindah Pantai Pangandaran. Semua karam.
Dari suaminya yang terakhirlah, Christian von Strombeck, si Wonder Woman itu mendapat inspirasi untuk mengembangkan bisnis penerbangan. ’’Dia seorang aviation engineer,’’ lanjutnya.
Christian merupakan seorang ekspatriat yang pernah bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara, sekarang PT DI). Awal perkenalannya dengan lelaki asal Prancis itu terjadi karena Christian sering bertandang ke Restoran Hilmans milik Susi di Pantai Pangandaran. Berawal dari perkenalan singkat, Christian akhirnya melamar Susi. ’’Restoran saya memang ramai. Sehari bisa 70–100 tamu,’’ katanya.
Dengan Christian, Susi mulai berangan-angan memiliki sebuah pesawat dengan tujuan utama mengangkut hasil perikanan ke Jakarta. Satu-satunya jalan, lanjut dia, adalah membangun landasan di desa-desa nelayan. ’’Jadi, tangkap ikan hari ini, sorenya sudah bisa dibawa ke Jakarta. Kan cuma sejam,’’ tegas ibu tiga anak dan satu cucu tersebut.
Berbeda jika harus memakai jalur darat yang bisa memakan waktu hingga sembilan jam. Sesampai di Jakarta, banyak ikan yang mati. Padahal, jika mati, harga jualnya bisa anjlok separo.
’Kami mulai masukin business plan ke perbankan pada 2000, tapi nggak laku. Diketawain sama orang bank dan dianggap gila. Mau beli pesawat USD2 juta, bagaimana ikan sama udang bisa bayar, katanya,’’ ujar Susi.
Baru pada 2004, Bank Mandiri percaya dan memberi pinjaman USD4,7 juta (Rp47 miliar) untuk membangun landasan serta membeli dua pesawat Cessna Grand Caravan. Namun, baru sebulan dipakai, terjadi bencana tsunami di Aceh. ’’Tanggal 27 kami berangkatkan satu pesawat untuk bantu. Itu jadi pesawat pertama yang mendarat di Meulabouh. Tanggal 28 kami masuk satu lagi. Kami bawa beras, mi instan, air, dan tenda-tenda,’’ ungkapnya.
    
Awalnya, Susi berniat membantu distribusi bahan pokok secara gratis selama dua minggu saja. Tapi, ketika hendak balik, banyak lembaga nonpemerintah yang memintanya tetap berpartisipasi dalam recovery di Aceh.
’’Mereka mau bayar sewa pesawat kami. Satu setengah tahun kami kerja di sana. Dari situ, Susi Air bisa beli satu pesawat lagi,’’ jelasnya.
Perkembangan bisnis sewa pesawat terus melangit. Utang dari Bank Mandiri sekitar Rp47 miliar sekarang tinggal 20 persennya. ’’Setahun lagi selesai. Tinggal tiga kali cicilan lagi. Dari BRI, sebagian baru mulai cicil. Kalau ditotal, semua (pinjaman dari perbankan) lebih dari Rp2 triliun. Return of investment (balik modal) kalau di penerbangan bisa 10–15 tahun karena mahal,’’ katanya.
Susi tak hanya mengepakkan sayap di bisnis pesawat dan menebar jaring di laut. Sekarang, dia merambah bisnis perkebunan. Meski begitu, dia mengakui ada banyak rintangan yang harus dilalui. ’’Perikanan kita sempat hampir rugi karena tsunami di Pagandaran pada 2005. Kami sempat dua tahun nggak ada kerja perikanan,’’ tuturnya.
    
Untuk penerbangan rute Jawa seperti Jakarta-Pangandaran, Bandung-Pangandaran, dan Jakarta-Cilacap, Susi menyatakan masih merugi. Sebab, terkadang hanya ada 3–4 penumpang. Dengan harga tiket rata-rata Rp500 ribu, pendapatan itu tidak cukup untuk membeli bahan bakar. ’’Sebulan rute Jawa bisa rugi Rp300 juta–Rp400 juta. Tapi, kan tertutupi dari yang luar Jawa. Lagian, itu juga berguna untuk angkut perikanan kami,’’ ujarnya.
    
Susi memang harus mengutamakan para pembeli ikannya karena mereka sangat sensitif terhadap kesegaran ikan. Sekali angkut dalam satu pesawat, dia bisa memasukkan 1,1 ton ikan atau lobster segar. Pembelinya dari Hongkong dan Jepang setiap hari menunggu di Jakarta. ’’Bisnis ikan serta lobster tetap jalan dan bisnis penerbangan akan terus kami kembangkan. Tahun depan kami harap sudah bisa memiliki 60 pesawat,’’ katanya penuh optimisme. (agus w./niz)  

Jumat, 08 Oktober 2010

Kabupaten Kaya di Indonesia

Sebanyak 20 kabupaten dan kota di Indonesia mendapatkan transfer dana bagi hasil sumber daya alam dari pemerintah pusat dalam jumlah sangat besar. Bahkan, sangat jauh berbeda dibandingkan dengan puluhan kabupaten lainnya.

Beberapa kabupatan malah mendapatkan dana bagi hasil triliunan rupiah dari tahun ke tahun. Sebut saja misalnya Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur yang mendapatkan bagian dana Bagi Hasil Rp2,5 triliun pada 2009 atau Kabupaten Bengkalis di Riau yang mendapatkan jatah Rp1,5 triliun.

Ini tak sebanding dengan rata-rata kabupaten paling miskin sumber daya alam, kebanyakan di Jawa yang cuma memperoleh ratusan juta rupiah per tahun. Contohnya, seperti Kabupatan Gunung Kidul, Sleman dan Kulon Progo di propinsi Jogjakarta yang masing-masing cuma mendapatkan jatah dana bagi hasil sumber alam, Rp 144-146 jutaan per tahun.

Berdasarkan data yang VIVAnews himpun dari Hasil Audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2009 yang dirilis baru-baru ini, sedikitnya ada 20 kabupaten dan kota yang mendapatkan dana bagi hasil di atas Rp400 miliar per tahun atau 2.700 kali dibandingkan dengan jatah dari Kabupaten Gunung Kidul.

Kabupaten kaya raya tersebut sebagian besar berlokasi di Kalimantan Timur, sebagian lagi tersebar di Riau, Sumatra Selatan, Kepulauan Riau dan Papua. Kalimantan Timur menjadi pusat lokasi pertambangan batu bara, sedangkan Riau dan Kepulauan Riau menjadi tempat pertambangan minyak dan gas.

Dari Papua ada kabupaten Mimika yang mendapatkan jatah Dana Bagi Hasil Rp440 miliar pada 2009. Wilayah di pegunungan Papua ini mendapatkan dana bagi hasil tertinggi dibandingkan kabupaten lain di Papua lantaran menjadi tempat pertambangan emas dan tembaga oleh PT Freeport Indonesia.

Daftar kabupaten terkaya dari bagi hasil sumber daya alam.
No Kabupaten Propinsi Bagi Hasil (miliar)
1 Kutai Kartanegara Kaltim 2.566,55
2 Bengkalis Riau 1.519,73
3 Kutai Timur Kaltim 1.059,72
4 Siak Riau 993,20
5 Rokan Hilir Riau 911,07
6 Musi Banyuasin Sumsel 858,45
7 Kampar Kaltim 679,32
8 Kutai Barat Kaltim 670,60 
9 Pasir Kaltim 593,64
10 Berau Kaltim 553,26
11 Bulungan Kaltim 482,82
12 Samarinda Kaltim 480,19
13 Nunukan Kaltim 478,34
14 Panajam Pasir Utara Kaltim 477,03
15 Bontang Kaltim 476,83
16 Malinau Kaltim 462,34
17 Tarakan Kaltim 454,55
18 Balikpapan Kaltim 441,60
19 Natuna Kep Riau 440,24
20 Mimika Papua 424,33

Pemerintah memperoleh penerimaan sumber daya alam pada tahun lalu sebesar Rp138,96 triliun. Itu setara dengan 61 persen dari total Rp227,06 triliun penerimaan negara bukan pajak. Penerimaan itu berasal dari pendapatan minyak dan gas bumi, pertambangan umum, kehutanan, perikanan dan pertambangan panas bumi. Penerimaan terbesar berasal dari minyak bumi yang mencapai Rp90 triliun.

Dari total penerimaan sumber daya alam, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pemerintah membagikan ke daerah dalam bentuk bagi hasil sumber daya alam yang menjadi bagian Pemda. Total yang dibagikan Rp36,86 triliun. Bagi hasil terbanyak berupa minyak bumi Rp14,6 triliun, gas bumi Rp11,5 triliun dan pertambangan umum Rp 7,2 triliun.

Penerimaan sumber daya alam 2009 sesungguhnya menurun jauh atau Rp85 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Itu disebabkan penurunan harga rata-rata minyak mentah Indonesia dari US$101 per barel pada 2008 menjadi US$58 per barel pada 2009.
Meski sumber alamnya kaya raya, namun tidak selalu identik dengan kondisi penduduknya. Di Kaltim, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Juli 2009, prosentase penduduk miskin memang relatif kecil, bahkan turun dari 9,51 persen pada Maret 2008 menjadi 7,73 persen pada Maret 2009.
Tetapi, di Papua, jumlah penduduk miskin masih sangat tinggi, bahkan naik yakni dari 37,08 persen pada Maret 2008 menjadi 37,53 persen pada Maret 2009. Mungkin ini juga menjadi salah satu bagian yang membuat situasi di Papua kerap bergejolak.

Rabu, 06 Oktober 2010

Merdeka Dari Neoliberalisme

Di Amerika, Alan Greenspan mengaku terus terang bahwa dia salah dengan system ekonomi pasar bebas. Dalam majalah Newsweek menurunkan laporan utama yang berjudul : We Are All Socialists Now, kita Semua Sosialis Sekarang. Artinya, kini Amerika Serikat memberi peran lebih besar kepada negara, bukan lagi sepenuhnya kepada pasar, seperti terjadi sejak era Ronald Reagan, tahun 1980an.

Menariknya, langkah itu ternyata tidak dimulai oleh Presiden Barack Obama, tapi oleh George Bush yang selama ini selalu menekan negara-negara lain untuk mengikuti jalan kapitalisme.
George Bush pula yang mengumumkan penyelamatan (bail out) 700 miliar dollar pada pertengahan Oktober 2008. Suntikan dana pemerintah kepada swasta yang terancam bangkrut jelas bertentangan dengan ideologi kapitalisme. Cara itu diperkenalkan pemerintah China pada 1998, ketika sejumlah bank di Hongkong terancam bangkrut. 
Juga bertentangan dengan kapitalisme ketika pemerintahan Bush menasionalisasikan Fannie Mae dan Freddie Mac, dua perusahaan yang penting dalam pembangunan perumahan di Amerika Serikat.

Ketika krisis perumahan yang melanda Amerika begitu menakutkan, terutama setelah Lehman Brothers, salah satu lembaga keuangan terbesar itu bangkrut September 2008. Padahal perusahaan ini telah beroperasi selama ratusan tahun. Ia selamat dari depresi ekonomi dahsyat tahun 1929, Great Depression.
Selain perusahaan itu masih banyak lagi yang lain, termasuk Citibank, Bank of America, Ford dan General Motor yang bangkrut.
Ditengah kepanikan pasar itulah bail out di kucurkan dan diumumkan menteri keuangan Hank Paulson. Pada titik inilah ideologi kapitalisme telah dilupakan.

Salah satu operator kapitalisme di Amerika Serikat yang kondang dan terkemuka adalah Alan Greenspan, bekas ketua Federal Reserve atau The Fed, semacam Bank Indonesia. Alan Greenspan dijuluki arsitek kemakmuran Amerika, bahkan gelar maestro didapatnya dalam memajukan pasar uang Amerika. 


 Tapi setelah krisis global melanda, sang maestro sadar bahwa system kapitalisme yang mereka praktekkan selam ini banyak kelemahannya. Maka didepan sebuah sidang komisi di DPR Amerika Serikat (House of Representative), Greenspan terus terang mengakui anggapan yang selama puluhan tahun dianutnya, bahwa pasar bebas bisa melakukan koreksi sendiri ternyata salah, dia telah memberi penilaian terlalu tinggi (over estimate) terhadap kemampuan pasar.

Dari pengalaman ini, memberikan peringatan bahwa system kapitalisme laissez faire sudah saatnya ditinggalkan. Mestinya krisis global yang melanda Amerika dan Eropa ini menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia, setelah sekian lama bangsa ini mengikuti ideologi kapitalisme dan telah melihat kehancurannya, bangsa ini mesti segera meninggalkannya.
Merdeka dari penjajahan baru, neoliberalisme.

Selasa, 05 Oktober 2010

Pemimpin Pilihan Masyarakat Solo

Pemilihan umum adalah ajang ”penghakiman” calon kepala daerah petahana atau incumbent, termasuk dalam pemilu kepala daerah. Pemilu kedua akan membuktikan apakah calon tersebut dinilai berhasil menyejahterakan rakyatnya atau tidak.

Joko Widodo (Jokowi), yang berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo, meraih kemenangan fenomenal dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo 2010, 26 April lalu. Keduanya meraup suara 90,09 persen. Berdasarkan catatan pilkada, perolehan suara itu beda sedikit dengan kemenangan pasangan petahana Herman Sutrisno-Akhmad Dimyati di Pilkada Banjar, Kalimantan Selatan, pada 2008, sebesar 92,19 persen.

Pasangan petahana yang terkenal dengan panggilan Jokowi-Rudy ini diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) serta didukung Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera. Pasangan ini hanya kalah di satu tempat pemungutan suara (TPS) dari 932 TPS. Pasangan ini rencananya dilantik pada 28 Juli mendatang.

Satu-satunya pesaing Jokowi-Rudy, KP Eddy S Wirabhumi-Supradi Kertamenawi yang diusung Partai Demokrat dan didukung Partai Golkar, hanya mengumpulkan suara 9,91 persen. Dalam pilkada ini, angka partisipasi mencapai 71,80 persen dari 393.703 jiwa dalam daftar pemilih tetap.

Apakah kemenangan Jokowi-Rudy mencerminkan seperti itu aspirasi rakyat? Sumarno (42), tukang becak yang biasa mangkal di depan Pura Mangkunegaran, menilai Jokowi sebagai sosok yang mau menyapa rakyat kecil dan kerjanya sebagai wali kota selama 2005-2010 terlihat nyata.

Sumarno terkesan dengan upaya penataan kota yang dilakukan Jokowi, seperti di koridor Ngarsapura dengan memindahkan toko-toko elektronik yang semula memenuhi sisi kanan dan kiri koridor ke pasar elektronik yang dibangun Pemerintah Kota Solo. Lahan tempat berdirinya toko adalah tanah negara. Kawasan Ngarsapura kini menjadi ruang publik yang cantik. ”Wajah Pura Mangkunegaran jadi terlihat, tidak seperti dulu, tertutup deretan toko,” kata warga Kampung Keprabon ini, Selasa (18/5) di Jawa Tengah.

Kesan sama dikemukakan Rino Handoyo (25), warga Kadipiro, Banjarsari, yang berjualan jus buah di dekat Stadion R Maladi, Sriwedari. Ia memberikan apresiasi terhadap Program Kesehatan Masyarakat Solo (PKMS) yang diberikan kepada warga yang tidak memperoleh jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) atau asuransi kesehatan (askes).

Ayah Rino, yang menderita gangguan prostat dan harus dirawat sebulan di Rumah Sakit Dr Moewardi, hanya mengeluarkan 80 persen dari total biaya Rp 15 juta dengan menggunakan kartu PKMS seri silver. Kartu seri gold yang diberikan untuk warga miskin Kota Solo malah menggratiskan seluruh biaya pengobatan.

Salah satu prestasi Jokowi-Rudy dalam memimpin Kota Solo, yang diakui warga Solo dan luar Kota Solo, adalah model pendekatan dalam penataan pedagang kaki lima (PKL). Pada saat Satuan Polisi Pamong Praja di kota lain ribut dengan PKL, di Solo, pemindahan hampir 1.000 PKL dari Monumen ’45 Banjarsari ke Pasar Klithikan, Notoharjo, tanpa kekerasan.

Perhatian Jokowi-Rudy terhadap masyarakat tidak diragukan lagi. Bahkan, sehari menjelang kampanye, Pemkot Solo meluncurkan Bantuan Pendidikan Masyarakat Solo (BPMS) untuk 43.000 siswa yang menggratiskan biaya pendidikan untuk siswa SD-SMA.

Selain figur Jokowi yang dinilai luar biasa, kesuksesan Jokowi-Rudy itu juga didukung tim sukses yang solid. ”Di wilayah yang menunjukkan keragu-raguan terhadap Jokowi-Rudy, kami melakukan pendekatan rendah hati, mengembangkan dialog intersubyektif. Strategi kami disebut andap asor,” kata Ketua Tim Kampanye Jokowi-Rudy, Putut Gunawan.

Suwardi, dosen dan peneliti dari Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi, Solo, mengungkapkan, hasil survei Desember 2009 menunjukkan, akseptabilitas Jokowi mencapai 78,6 persen, Rudy 8 persen, dan Eddy 2,2 persen.

Dukungan terhadap Jokowi untuk maju sebagai bakal calon wali kota dari lintas pemilih parpol mencapai 93,0 persen. Survei yang digelar tiga minggu menjelang hari-H pilkada menunjukkan elektabilitas Jokowi-Rudy 85,7 persen dan seminggu sebelum hari-H mencapai 90 persen. ”Sosok Jokowi yang merupakan profesional pebisnis tanpa latar belakang politik kepartaian mampu mematahkan mitos sekat-sekat ideologi perpolitikan lokal,” kata Suwardi.